Friday, May 25, 2012

,

Retorika


Retorika (dari bahasa Yunani ήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo), awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul 'Grullos' atau Plato menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, keprcayaan dan pengharapan mereka. Ini yang dikatakan Kenneth Burke (1969) sebagai konsubstansialitas dengan penggunaan media oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik (dengan definisi yang sudah disebutkan di atas) dan praktik kontemporer dari retorika yang termasuk analisis atas teks tertulis dan visual.
Dalam doktrin retorika Aristoteles [1] terdapat tiga teknis alat persuasi politik yaitu deliberatif, forensik dan demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika demonstartif memfokuskan pada epideiktik, wacana memuji atau penistaan dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan.
Tradisi retoris dimulai dari retorika sofis pada masa Yunani Kuno pada akhir abad ke-5 SM. Digalakkan oleh Protagoras, Gorgias, dan Isokrates, retorika sofis mengajarkan keterampilan berbahasa [terutama berpidato] di depan publik dengan maksud untuk memenangkan tujuan politik tertentu melalui tuturan [lisan]. Intinya, retorika merupakan kelihaian berbahasa dalam memainkan ulasan mengenai konteks tertentu untuk mencapai tujuan politik. Retorika sofis terlalu mementingkan pencapaian tujuan tanpa mengutamakan kebenaran sehingga tereduksi dalam cara-cara debat kusir atau bersilat lidah. Retorika jenis ini seringkali muncul dalam debat-debat politik, iklan, propaganda, pernyataan politik, maupun kampanye partai.
Plato mengecam retorika sofis sebagai suatu upaya manipulasi opini publik dan mengabaikan kaidah-kaidah pencapaian kebenaran. Retorika sofis tidak menjadikan kebenaran sebagai sarana untuk membentuk opini public melainkan mereduksinya sekedar kecakapan bahasa untuk memenangkan tujuan politik. Di sisi lain, Aristoteles jua menganggap bahwa retorika sofis tidak mampu membangun suatu peradaban manusia yang beradab karena mengabaikan nilai-nilai kebenaran tersebut. Melalui Rhetoric, Aristoteles bermaksud untuk mengendalikan hakikat retorika sebagai sebuah kecakapan [kekuatan] berbahasa sebagai sarana persuasif untuk memecahkan masalah secara objektif, sistematis, dan alternatif. Retorika Aristotelian adalah dalam mana suatu persoalan menjadi wacana kritis, suatu habits of techne untuk memandu publik mengutamakan kebenaran untuk mencapai tujuan politiknya. Output-nya adalah tercipta masyarakat yang beradab dalam arti yang sebenarnya yaitu masyarakat yang cinta kebenaran dalam hidupnya.

Sumber
http://id.shvoong.com/law-and-politics/political-philosophy/2096138-pengertian-retorika/#ixzz1pokszAQv

Propaganda (dari bahasa Latin modern: propagare yang berarti mengembangkan atau memekarkan) adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang. Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya.
Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana umumnya isi propaganda hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu.
Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda.
Sebagai komunikasi ke banyak orang (one-to-many), propaganda memisahkan komunikator dari komunikannya. Namun menurut Ellul, komunikator dalam propaganda sebenarnya merupakan wakil dari organisasi yang berusaha melakukan pengontrolan terhadap masyarakat komunikannya. Sehingga dapat disimpulkan, komunikator dalam propaganda adalah seorang yang ahli dalam teknik penguasaan atau kontrol sosial. Dengan berbagai macam teknis, setiap penguasa negara atau yang bercita-cita menjadi penguasa negara harus mempergunakan propaganda sebagai suatu mekanisme alat kontrol sosial.[1]
Definisi propaganda modern
Propaganda adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan penyebar propaganda.
Divinisi propaganda menurut para ahli
  • Jacques Ellul mendefinikan propaganda sebagai komunikasi yang “digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, diersatukan secara psikologis dan tergabungkan di dalam suatu kumpulan atau organisasi.”[1] Bagi Ellul, propaganda erat kaitannya dengan organisasi dan tindakan, yang tanpa propaganda praktis tidak ada.
  • Dalam Everyman's encyclopedia, propaganda merupakan suatu seni untuk menyebarkan dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya kepercayaan agama atau politik.[rujukan?]
  • Leonard W. Dobb, sebagai pakar opini publik, menyatakan bahwa propaganda merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok termasuk dengan cara menggunakan sugesti, sehingga berakibat menjadi kontrol terhadap kegiatan kelompok tersebut.[rujukan?]
  • Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi di zaman Hitler, mengatakan: "Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya." Tentang kebohongan ini, Goebbels juga mengajarkan bahwa kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang diubah sedikit saja [2]
Tipologi propaganda
Propagandis mencoba untuk mengarahkan opini publik untuk mengubah tindakan dan harapan dari target individu. Yang membedakan propaganda dari bentuk-bentuk lain dari rekomendasi adalah kemauan dari propagandis untuk membentuk pengetahuan dari orang-orang dengan cara apapun yang pengalihan atau kebingungan.
Propaganda adalah senjata yang ampuh untuk merendahkan musuh dan menghasut kebencian terhadap kelompok tertentu, mengendalikan representasi bahwa itu adalah pendapat dimanipulasi. Metode propaganda termasuk kegagalan untuk tuduhan palsu.
propaganda dapat digolongkan menurut sumbernya:
  • "propaganda putih" berasal dari sumber yang dapat diidentifikasi secara terbuka.
  • "propaganda hitam" berasal dari sumber yang dianggap ramah akan tetapi sebenar-benarnya bermusuhan.
  • "propaganda abu-abu" berasal dari sumber yang dianggap netral tapi sebenarnya bermusuhan.
Propaganda telah berkembang dalam perang psikologis di mana propaganda menemukan ekstensinya.
  • propaganda politik yaitu melibatkan usaha pemerintah, partai atau golongan untuk pencapaian tujuan strategis dan taktis.
  • propaganda sosiologi yaitu melakukan perembesan budaya kemudian masuk ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik.

Komponen propaganda

  1. Pihak yang menyebarkan pesan, berupa komunikator, atau orang yang dilembagakan/lembaga yang menyampaikan pesan dengan isi dan tujuan tertentu.
  2. Komunikan atau target penerima pesan yang diharapkan menerima pesan dan kemudian melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan oleh komunikator.
  3. Pesan tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai tujuannya dengan efektif.
  4. Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari komunikan.
  5. Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang hendak dicapai.
  6. Dilakukan secara terus menerus.
  7. Terdapat proses penyampaian gagasan, ide/kepercayaan, atau doktrin.
  8. Mempunyai tujuan untuk mengubah opini, sikap, dan perilaku individu/kelompok, dengan teknik-teknik memengaruhi.
  9. Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan.
  10. Menggunakan cara sistematis prosedural dan perencanaan.
  11. Dirancang sebagai sebuah program dengan tujuan yang kongkrit untuk memengaruhi dan mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.[3]

Sejarah

Propaganda kuno

Propaganda sudah ada sejak awal terdokumentasinya sejarah manusia. Inskrpsi Behistun (515 SM) yang menggambarkan kenaikan Darius I ke tahta Persia merupakan contoh propaganda awal. Arthashastra yang ditulis oleh Chanakya (350 - 283 SM), profesor di Universitas Takshashila, membahas propaganda secara detail, termasuk cara menyebarkan propaganda dan pemakaiannya dalam peperangan. Muridnya, Chandragupta Maurya (340 - 293 SM), menggunakan cara-cara ini untuk mendirikan dan menjadi pemimpin Kekaisaran Maurya.[4] Tulisan karya penulis Romawi Kuno seperti Livy (59 SM - 17 M) dianggap propaganda pro-Romawi yang hebat. Contoh lain adalah The War of the Irish with the Foreigners abad ke-12, oleh para Dál gCais yang menggambarkan mereka sebagai penguasa sejati Irlandia.

Pergeseran makna

Pada abad ke-17 Gereja Katolik Roma mendirikan the congregation de propaganda (sebuah usaha untuk mempropagandakan kepercayaan tersebut) namun kalimat ini menjadi berkonotasi negatif (bermakna negatif) saat diterapkan pada abad ke-20.
Beberapa hal yang dianggap memiliki kedekatan hubungan dengan propaganda adalah kesalahan informasi seperti inflasi bahasa dan penggelembungan bahasa yang disebarluaskan.
contoh:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c8/Ambox_notice.png
* Perang antara Amerika Serikat vs Irak
  • Perang dingin antara CIA dan Soviet
  • Orde baru: Dwifungsi ABRI, Mayoritas Tunggal, Asas Tunggal, Sakralitas Pancasila dan UUD'45

Sifat

  1. Tertutup/terselubung.
  2. Terbuka.
  3. Pada awal tertutup akan tetapi lambat laun mulai terbuka.

Jenis

  1. propaganda agitasi bertujuan agar komunikan bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita.[rujukan?]
  2. propaganda vertikal dengan melalui media massa.
  3. propaganda horisontal dengan melalui komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi dibanding komunikasi massa.
  4. propaganda integrasi dengan penanaman doktrin.

Sistem

  1. Penggunaan simbol-simbol agar komunikan tidak tersadar dengan arah dan tujuan dari keinginan komunikator
  2. Penggunakan fakta sebagai alat pemaksa agar komunikan menerima pesan dan melakukan tindakan seperti apa yang diharapkan oleh komunikator

Metode

  1. Metode Koersif, sebuah komunikasi dengan cara menimbulkan rasa ketakutan bagi komunikan agar secara tidak sadar bertindak sesuai keinginan komunikator
  2. Metode Persuasif, sebuah komunikasi dengan cara menimbulkan rasa kemauan secara sukarela bagi komunikan agar secara tidak sadar dengan seketika dapat bertindak sesuai dengan keinginan komunikator
  3. Metode pervasif, sebuah komunikasi dengan cara menyebarluaskan pesan serta dilakukan secara terus menerus/berulang-ulang kepada komunikan sehingga melakukan imitasi atau menjadi bagian dari yang diinginkan oleh komunikator

Hubungan antara iklan, humas, dan propaganda

Dalam bidang periklanan atau kehumasan untuk tujuan komersial, bisa jadi sesuatu itu bukan murni propaganda, namun dapat mengandung elemen propaganda saat pesan bertujuan untuk menyesatkan penerima pesan dengan menyembunyikan:
  • Sumber informasi
  • Tujuan informan
  • Sisi lain cerita (hanya satu pihak)
  • Konsekuensi saat pesan ini diadopsi.

Etika komunikasi persuasif

Untuk menghindari propaganda, praktisi humas memiliki beberapa etika komunikasi persuasif yang diperkenalkan oleh Prof. Richard L. Johannesen dari Northen Illinois University dimana mereka diberikan seperangkat pemilah untuk membedakan mana yang diperbolehkan dalam pesan membujuk dan mana yang dilarang dan termasuk propaganda.[rujukan?]

Teknik-teknik propaganda

  1. Pemberian julukan (Name calling) adalah penggunaan julukan untuk menjatuhkan seseorang, istilah, atau ideologi dengan memberinya arti negatif.
Cap PKI pada penduduk desa tertentu. (Berakibat penduduk tersebut ditangkap karena menganut ideologi yang dilarang pada masa pemerintahan orde baru)
  1. Glittering Generality[rujukan?] (Glittering Generality) adalah penyampaian pesan yang memiliki implikasi bahwa sebuah pernyataan atau produk diinginkan oleh banyak orang atau mempunyai dukungan luas.
    • Jutaan orang mendukung aborsi (perhatikan bahwa jumlah orang dan lokasi tidak dinyatakan secara spesifik).
    • Semua dokter gigi menggunakan Oral B (perhatikan bahwa jumlah dan lokasi tidak dinyatakan secara spesifik).
  2. Teknik transfer adalah suatu teknik propaganda dimana orang, produk, atau organisasi diasosiasikan dengan sesuatu yang mempunyai kredibilitas baik/ buruk.
Sampoerna Hijau, enaknya rame-rame (baca: rokok diasosiasikan dengan persahabatan)
  1. Tebang pilih (Card stacking) adalah suatu teknik pemilihan fakta dan data untuk membangun kasus dimana yang terlihat hanya satu sisi suatu isyu saja, sementara fakta yang lain tidak diperlihatkan.
  2. Penyamarataan yang berkilap (Glittering generalities) adalah teknik dimana sebuah ide, misi, atau produk diasosiasikan dengan hal baik seperti kebebasan, keadilan, dan demokrasi.
Marlboro citarasa Amerika sejati
  1. Manusia biasa (Plain folks) adalah salah satu teknik propaganda yang menggunakan pendekatan yang digunakan oleh seseorang untuk menunjukkan bahwa dirinya rendah hati dan empati dengan penduduk pada umumnya.
    • Cara ini banyak digunakan untuk kampanye untuk memperoleh kekuasaan politik (kursi presiden, bupati, pemerintah daerah). Biasanya acara telah dirancang sedemikian rupa saat individu yang dicalonkan lewat, maka ia akan mencium bayi, bersalaman dengan orang biasa, hingga memeluk orang papa.
  2. Kesaksian (testimonial) adalah salah satu teknik propaganda yang paling umum digunakan dimana ditampilkan seseorang yang untuk bersaksi dengan tujuan mempromosikan produk tertentu, kadang-kadang dalam kesaksiannya orang yang sama menjelek-jelekkan produk yang lain. [5]
1.       ^ a b Jacques Ellul, Propaganda: The Formation of Men's Attitudes, Knopf, 1965
3.       ^ Santosa Sastropoetro, Propaganda: Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa, Bandung: Alumni, 1991, h. 34
4.       ^ Boesche, Roger. "Kautilya’s Arthasastra on War and Diplomacy in Ancient India", The Journal of Military History 67 (hal. 9–38), Januari 2003.
5.       ^ Alfred McClung Lee & Alizabeth Briant Lee, The Fine Art of Prapaganda,

 Daftar pustaka

  • Altheide, David L. & Johnson, John M. Bureaucratic Propaganda. Boston: Allyn and Bacon, Inc. (1980)
  • J. A. C. Brown Techniques of Persuasion: From Propaganda to Brainwashing Harmondsworth: Pelican (1963)
  • John H. Brown. "Two Ways of Looking at Propaganda" (2006)
  • Combs, James E. & Nimmo, Dan. The New Propaganda: The Dictatorship of Palaver in Contemporary Politics. White Plains, N.Y. Longman. (1993)
  • Robert Cole. Propaganda in Twentieth Century War and Politics (1996)
  • Robert Cole, ed. Encyclopedia of Propaganda (3 vol 1998)
  • Nicholas John Cull, David Culbert, and David Welch, eds. Propaganda and Mass Persuasion: A Historical Encyclopedia, 1500 to the Present (2003)
  • Cunningham, Stanley, B. The Idea of Propaganda: A Reconstruction. Westport, Conn.: Praeger. (2002)
  • Edward S. Herman & Noam Chomsky. Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media. New York: Pantheon Books. (1988)
  • Hindery, Roderick R., Indoctrination and Self-deception or Free and Critical Thought? (2001)
  • Jowett, Garth S. dan O'Donnell, Victoria. Propaganda and Persuasion edisi ke-4. Thousand Oaks: CA: Sage (2006)



·         “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
(QS. Al Ahzab [33]: 21)Keteladanan Rasulullah; Refleksi Maulid Nabi SAW. oleh Dr. A. Rusfidra
Tanggal 12 Rabiul Awal merupakan tanggal bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia, karena pada tanggal tersebut lahir seorang rasul yang membawa risalah Islam. Beliau adalah Nabi Besar Muhammad saw. Beliau adalah nabi terakhir (khataman nabiyin) yang diutus Allah SWT. untuk memperbaiki akhlak manusia. Peringatan maulid nabi yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal pada hakekatnya sebagai upaya mengingat kembali hari kelahiran dan sejarah hidup nabi, meningkatkan komitmen memegang teguh ajarannya dan menjadikan beliau sebagai figur teladan utama bagi kaum muslimin khususnya dan setiap manusia pada umumnya. Memperingati hari lahir Nabi saw. tidaklah dimaksudkan untuk mengkultuskannya, karena beliau tidak membolehkan umat mengkultuskannya, apatah lagi bila seseorang melakukan pengkultusan manusia biasa, seperti banyak terjadi dikalangan masyarakat saat ini.
·         Keteladanan Rasulullah; Refleksi Maulid Nabi SAW. oleh Dr. A. Rusfidra]
Peringatan maulid nabi biasanya dilakukan dalam berbagai bentuk, ada yang mengadakan tablig akbar dengan mendatangkan ulama terkenal, membaca shalawat nabi dan aneka tradisi lainnya yang berkembang dimasyarakat. Kita percaya bahwa itu semua merupakan bentuk ekpresi kecintaan kaum muslimin terhadap nabi yang dicintainya. Peringatan maulid nabi tentu tidak sama dengan peringatan hari ulang tahun yang banyak diselenggarakan kalangan borjuis di negeri ini.
·         Peringatan maulid nabi pertama kali digagas oleh Shalahuddin Al Ayubi (1137-1193) ratusan tahun setelah nabi wafat. Nabi Muhammad saw., semasa hidupnya tidak pernah menyelenggarakan peringatan hari lahirnya itu. Ide peringatan maulid nabi itu pada mulanya dimaksudkan untuk membangkitkan semangat juang umat Islam yang mulai turun menghadapi musuh-musuh Islam pada perang Salib. Kemudian ulama terkemuka pada saat itu menjelaskan perjuangan nabi Muhammad saw. dan segala bentuk rintangan yang dihadapi Nabi dalam menyebarkan dakwah Islam. Usaha ini berhasil membangkitkan semangat umat dalam menghadapi musuh Islam. Tradisi itu berlangsung secara turun temurun, hingga generasi kita sekarang. Namun penting diketahui bahwa peringatan maulid nabi itu bukanlah bertujuan mengkultuskan pribadi nabi, karena beliau sendiri tidak memperbolehkan melakukan pengkultusan terhadap beliau.
Keteladanan Rasulullah; Refleksi Maulid Nabi SAW. oleh Dr. A. Rusfidra
·         Keteladanan Kepemimpinan Nabi
Keteladanan Rasulullah; Refleksi Maulid Nabi SAW. oleh Dr. A. Rusfidra
Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan Rasulullah saw. Sebab, dalam kurun waktu yang singkat (sekitar 23 tahun) beliau berhasil dengan gemilang merekontruksi akhlak masyarakat Mekah dari akhlak jahiliah menjadi masyarakat yang berakhlak mulia (akhlakul karimah). Kota Mekah yang dulu tidak dikenal dalam sejarah peradaban manusia, menjadi daerah yang masyarakatnya memiliki akhlak mulia. Tugas utama Nabi adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Keberhasilan Nabi mengubah aspek moralitas tersebut manjadi alasan Michael Hart (seorang penulis non muslim) menempatkan nabi diurutan pertama diantara 100 tokoh paling berpengaruh di dunia.
·         Keteladanan Rasulullah; Refleksi Maulid Nabi SAW. oleh Dr. A. Rusfidra
Sekarang, meskipun lebih dari 1400 tahun Nabi wafat, namun model kepemimpinan beliau senantiasa relevan dan didamba umat. Tutur katanya diikuti, perilakunya menjadi suri teladan terbaik. Beliau adalah pemimpin paripurna.
·         Jika kita menyimak sejarah hidup Rasulullah semakin membuat kita terpesona dengan model kepemimpinan yang beliau terapkan. Mahasuci Allah yang telah mengutus rasul-Nya menjadi suri teladan terbaik dalam kepemimpinannya. Nabi saw. adalah pemimpin terbaik sepanjang masa, karena Rasulullah selalu memimpin dengan akhlak mulia, adil dan menekankan pentingnya keteladanan.
Keteladanan Rasulullah; Refleksi Maulid Nabi SAW. oleh Dr. A. Rusfidra
·         Meskipun beliau adalah seorang kepala negara, namun beliau hidup sederhana, tidak bergelimang harta. Meskipun beliau adalah seorang panglima, namun beliau adalah panglima yang menyayangi prajurit-pajurit. Tutur katanya lembut, berwibawa dan menyenangkan siapapun yang mendengar. Tatap matanya sejuk dan menentramkan. Setiap kebijakannya selalu dituntun Allah SWT dan tidak ada kebijakan yang menyakiti umat. Kebijakan-kebijakan beliau tidak pernah merugikan satu kelompok atau menguntungkan kelompok yang lain. Semua kebijakan ditetapkan secara adil dan bijaksana.
·         Keteladanan Rasulullah; Refleksi Maulid Nabi SAW. oleh Dr. A. Rusfidra
Sebagai umat Rasulullah, sudah sepatutnya kita menjadikan beliau sebagai figur teladan utama, apapun profesi, pangkat dan jabatan yang kita sandang. Pada dasarnya setiap kita adalah pemimpin. Suami adalah pemimpin dalam rumahtangga. Ibu pemimpin bagi bagi anak-anaknya. Seorang kepala negara adalah pemimpin bagi rakyatnya. Selayaknya kita menjadi figur manusia terbesar sepanjang usia bumi itu menjadi role model dalam kehidupan kita sehari-hari.
·         Untuk bangkit dari krisis multidimensi saat ini, agaknya Indonesia membutuhkan pemimpin yang berakhlak mulia seperti yang dicontohkan Rasulullah. Kita merindukan pemimpin yang punya hati nurani, hidup sederhana, bukan hidup bergelimang kemewahan ketika rakyat hidup sengsara. Kita merindukan pemimpin yang adil dan bijaksana, bukan pemimpin otoriter dan sok kuasa. Kita ingin pemimpin yang pro-rakyat, bukan pemimpin yang hanya menjadikan rakyat sebagai pijakan meraih kekuasaan. Kita merindukan pemimpin yang peduli rakyat, bukan pemimpin yang mementingkan citra politik dan melanggengkan kekuasaanya. Kita merindukan pemimpin yang tutur katanya merupakan pemecah masalah, bukan menjadi sumber masalah. Duh, betapa rindunya kehadiran pemimpin seperti Rasulullah. Wallahu a’lam.



CIRI2 0RANG MUNAFIK
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr r.a. : Rasulullah SAW pernah bersabda,”siapapun yang memiliki empat sifat (karakteristik) ini adalah seorang munafik dan siapapun yang memiliki satu dari empat sifat ini ia akan mempunyai satu sifat kemunafikan sampai ia meninggalkannya;
1.      setiap kali diberi amanat, ia khianat
2.      setiap kali bicara, ia berdusta
3.      setiap kali berjanji, ia melanggar
4.      setiap kali berselisih, ia bersikap menghina, jahat dan ceroboh.


Karakter/Sifat Ciri-Ciri Orang Munafik / Muna - Berbohong, Ingkar Janji Dan Berkhianat
Mungkin kita sering mendengar kata munafik di dalam kehidupan sehari-hari kita. Kata munafik atau muna mungkin kita anggap tidak begitu kasar di telinga kita karena kata itu jarang kita dipublikasikan di media massa. Namun sebenarnya munafik adalah suatu sifat seseorang yang sangat buruk yang bisa menyebabkan orang itu dikucilkan dalam masyarakat.
Apakah kita termasuk orang yang munafik?
Mungkin kita dengan tegas mengatakan kita adalah bukan orang munafik karena kurangnya pemahaman kita mengenai apa itu sifat munafik yang sesungguhnya. Yuk mari kita lanjutkan pembahasan topik ini bersama-sama.
Hadits Nabi Muhammad SAW Tentang Orang-Orang Munafik / Muna :
"Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya".(Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).
Ciri-Ciri / Sifat-Sifat Munafik Manusia :
1. Apabila berkata maka dia akan berkata bohong / dusta.
2. Jika membuat suatu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari janjinya.
3. Bila diberi kepercayaan / amanat maka dia akan mengkhianatinya.
Untuk disebut sebagai orang munafik sejati sepertinya harus memenuhi semua ketiga persyaratan di atas yaitu pembohong, penghianat dan pengingkar janji. Jika baru sebatas satu atau dua ciri saja mungkin belum menjadi munafik tapi baru camuna / calon munafik.


1. Berbohong
Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Jadi apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita bisa menjadi orang yang munafik. Contoh bohong dalam kehidupan keseharian kita yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.
2. Ingkar Janji
Seseorang terkadang suka membuat suatu perjanjian atau kesepakatan dengan orang lain. Apabila orang itu tidak mengikuti janji yang telah disepakati maka orang itu berarti telah ingkat janji. Contohnya seperti janjian ketemu sama pacar di warung kebab bang piih tetapi tidak datang karena lebih mementingkan bisnis. Misal lainnya yaitu seperti para siswa yang telah menyepakati janji siswa namun tidak dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.
3. Berhianat
Khianat mungkin yang paling berat kelasnya dibandingkan dengan sifat tukang bohong dan tukang ingkar janji. Khianat hukumannya bisa dijauhi atau dikucilkan serta tidak akan mendapatkan kepercayaan orang lagi bahkan bisa dihukum penjara dan denda secara pidana. Contoh berkhianat yaitu seperti oknum anggota TNI yang menjadi mata-mata bagi pihak asing atau teroris. Contoh lainnya yaitu seperti seorang pegawai yang dipercaya sebagai pejabat pajak, namun dalam pekerjaannya orang itu menyalahgunakan jabatan yang digunakan dengan cara menilep uang setoran pajak.



Ustadz Muhammad Afifuddin As Sidawi
http://www.comp.nus.edu.sg/%7Esiti/personal/pergas/MakkiMadani_files/image024.gifSaat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam beserta para shahabatnya menuju Tabuk ada segerombolan munafiqin di antaranya adalah Nadi’ah bin Tsabit dan Mukhsyi bin Himyar tengah memperbincangkan Rasul Shallallahu’alaihi wasallam dan para shahabat Radhiallahu’anhum. Mereka berkata : “Kita tidak pernah melihat para pembaca (Al Qur’an) seperti itu. Paling gendut perutnya (suka makan, pent.), paling dusta omongannya, dan paling takut bertemu (musuh)!” Mendengar perkataan itu, Mukhsyi bin Himyar dengan ketakutan mengatakan, “Demi Allah, saya lebih senang kalau masing-masing diri kita dicambuk 100 kali daripada Allah menurunkan Al Qur’an berkenaan tentang kita menerangkan ucapan kalian!!” Maka Allah Tabaroka wata’ala pun menurunkan ayat di atas.
Riwayat lain menyebutkan, tatkala mereka melontarkan kata-kata ejekan tentang Rasul Shallallahu’alaihi wasallam dan shahabatnya Radhiallahu’anhum, Auf bin Malik Al Anshari Radhiallahu’anhu dengan berang mengingkari : “Engkau dusta! Engkau adalah munafik! Sungguh akan aku laporkan ucapanmu ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam!?” Beliau pun langsung mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam untuk melaporkan ucapan sang munafik tersebut. Ternyata wahyu Allah Subhanahu wata’ala lebih dahulu turun kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Allah menerangkan dalam ayat-Nya,
يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ
طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
"Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya)". Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan daripada kamu (lantaran mereka tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa." (At Taubah : 64-66)
(Lihat Fathul Majid halaman 524-525)

Ayat 64 surat At Taubah di atas disebut para ulama ahli tafsir sebagai “ayat fadhilah” yaitu ayat yang membongkar makar jahat orang-orang munafik, demikian Qatadah rahimahullah menegaskan. (Lihat Jami’ul Bayan 6/408, Tafsir Ibnu Katsir 2/367, Ad Durul Mantsur 4/229, dan Ma’alimut Tanzil 3/75)
Ibnu Jarir Ath Thabari juga menegaskan tentang hal itu dalam tafsirnya, Jami’ul Bayan 6/408.
Al Imam Al Baghawi dalam Tafsir-nya 3/75 menjelaskan, “Yakni (orang-orang munafik takut apabila turun suatu surat yang menerangkan) kedengkian dan rasa permusuhan terhadap kaum Mukminin yang ada dalam hati mereka, mereka berbincang-bincang di kalangan mereka sendiri dan mereka merahasiakannya karena takut turun ayat Al Qur’an yang membongkar rahasia mereka … .”
Syaikh Al ‘Allamah Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Allah ‘Azza wa Jalla telah menepati janji-Nya. Allah pun menurunkan surat yang menjelaskan tentang mereka (munafiqin), membongkar makar jahat mereka, dan menerangkan rahasia (yang mereka sembunyikan).” (Tafsir As Sa’di 3/258)
Ayat di atas serupa dengan firman Allah Ta’ala,
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نُهُوا عَنِ النَّجْوَى ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَيَتَنَاجَوْنَ بِالإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَةِ الرَّسُولِ وَإِذَا جَاءُوكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللَّهُ وَيَقُولُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ لَوْلا يُعَذِّبُنَا اللَّهُ بِمَا نَقُولُ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan untuk berbuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri : “Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka jahanam yang akan mereka masuki dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. (Al Mujadilah : 8 )
Al ‘Allamah Al Mufassir Muhammad Al Amin Asy Syinqithi dalam tafsirnya, Adlwa’ul Bayan 2/471 menjelaskan, “Dalam ayat yang mulia ini, Allah ‘Azza wa Jalla dengan tegas menjelaskan bahwa orang-orang munafik merasa takut bila Allah menurunkan ayat atau surat yang membongkar dan menjelaskan kekejian yang ada dalam hati mereka. Kemudian Allah Azza wajalla menerangkan bahwa ia benar-benar akan membongkar apa yang mereka takutkan. Dalam ayat lain Allah Azza wajalla menyebutkan,
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ
“Atau apakah orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?” (Muhammad : 29)
Dalam ayat lain Allah Ta’ala menggambarkan kekhawatiran mereka yang amat sangat,
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya). Maka waspadalah terhadap mereka, semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai berpaling (dari kebenaran)?” (Al Munafiqun : 4)
Al Imam Ibnu Jarir Ath Thabari dalam tafsirnya, Jami’ul Bayan 12/101-102 menjabarkan, “Orang-orang munafik mengira bahwa setiap teriakan yang keras tertuju kepada mereka. Ini disebabkan kekejian mereka, su’udhan (buruk sangka), dan kurangnya keyakinan mereka, karena mereka sangat takut bila Allah menurunkan tentang mereka ayat yang membongkar rahasia dan makar jahat mereka. Mereka khawatir Allah membolehkan kaum Mukminin membunuh mereka, menawan anak cucu mereka, dan merampas harta benda mereka. Karena ketakutan yang amat sangat pada mereka, maka setiap ada wahyu yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya mereka mengira bahwa wahyu itu turun menjelaskan kebinasaan dan kehancuran mereka.”
Al ’Allamah Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan, "Allah ‘Azza wa Jalla dalam ayat ini hanya menyebutkan kriteria mereka (munafiqin) tanpa menyebutkan person/individunya karena dua faidah :
a) Allah adalah Dzat yang senang menutup aib hamba-hamba-Nya.
b) Celaan ini tertuju kepada setiap munafik yang memiliki kriteria tersebut sampai hari kiamat.
Penyebutan kriteria lebih umum dan lebih tepat sehingga mereka tetap selalu diselimuti rasa takut. Allah Ta’ala berfirman,

لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلا قَلِيلا مَلْعُونِينَ أَيْنَمَا ثُقِفُوا أُخِذُوا وَقُتِّلُوا تَقْتِيلا
“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya, dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka. Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar. Dalam keadaan terlaknat di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” (Al Ahzab : 60-61) ]
(Tafsir As Sa’di 3/258)

Ayat yang sedang kita bahas menjelaskan salah satu kriteria mereka yaitu mereka adalah orang-orang yang sangat takut kritikan.
[Dinukil dari majalah SALAFY edisi XXIX/1419/1999/TAFSIR dengan judul asli, "Orang-orang Yang Takut Kritikan]








Sejarah Maulid Nabi
Jika kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran beliau.

Perlu diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunannya disandarkan pada Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.
Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid, hal. 20)
Fatimiyyun yang Sebenarnya
Kebanyakan orang belum mengetahui siapakah Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun. Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan punya i’tiqod baik untuk mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi senyatanya tidak demikian. Banyak ulama menyatakan sesatnya mereka dan berusaha membongkar kesesatan mereka.
Al Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun yang beliau namakan Kasyful Asror wa Hatkul Astar (Menyingkap rahasia dan mengoyak tirai). Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok Fatimiyyun dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan pemahaman Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan, “Tidak disangsikan lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib, paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al ‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih utama daripada Daulah Fatimiyyun.”
Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.” (Majmu’ Fatawa, 35/127)
Bani Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki nasab (silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan. Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan demikian.
Ahmad bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama, “Sudah diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang menganggap mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap mereka memiliki silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu anggapan tanpa dasar ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali orang yang bersaksi pada kebenaran sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan mereka sampai pada Fatimah.”
Begitu pula Ibnu Khallikan mengatakan, “Para ulama peneliti nasab mengingkari klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul A’yan, 3/117-118)
Perhatikanlah pula perkataan Al Maqrizy di atas, begitu banyak perayaan yang dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada 25 perayaan. Bahkan lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan hari raya orang Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas (perayaan tiga hari selelum Paskah). Ini pertanda bahwa mereka jauh dari Islam. Bahkan perayaan-perayaan maulid yang diadakan oleh Fatimiyyun tadi hanyalah untuk menarik banyak masa supaya mengikuti madzhab mereka. Jika kita menilik aqidah mereka, maka akan nampak bahwa mereka memiliki aqidah yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah Batiniyyah yang sesat. (Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 146, 158)
‘Abdullah At Tuwaijiriy mengatakan, “Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy dalam kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’, beliau menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi. Cara beragama mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling ekstrim di antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah (Tuhan yang disembah) atau ada sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali memiliki kenabian. Sungguh Bani Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi dan Nashrani.
Al Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan panjang lebar mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu Hamid Al Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnya Fadho-ihul Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al Hawliyah, 142-143)
Inilah sejarah yang kelam dari Maulid Nabi. Namun, kebanyakan orang tidak mengetahui sejarah ini atau mungkin sengaja menyembunyikannya.
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
  1. Maulid Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh. Tidak kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya, bahkan dari imam madzhab.
  2. Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar abad tiga Hijriyah. Daulah Fatimiyyun sendiri dibinasakan oleh Shalahuddin Al Ayubi pada tahun 546 H.
  3. Fatimiyyun memiliki banyak penyimpangan dalam masalah aqidah sampai aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun adalah orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.
  4. Merayakan Maulid Nabi berarti telah mengikuti Daulah Fatimiyyun yang pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah ikut-ikutan dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat sesuatu yang tidak ada tuntunannya, telah menyerupai di antara orang yang paling fasiq dan paling kufur. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
  5. مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
  6. “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)



Hari ini Selasa, tanggal 15 Februari 2011 bertepatan dengan tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1432 H dalam penanggalan Islam (Hijriah). Pada tanggal tersebut, Nabi junjungan kita Muhammad SAW dilahirkan tepatnya tanggal 20 April 671 M. Nabi Muhammad SAW dilahirkan dari seorang wanita bernama Siti Aminah dan seorang ayah bernama Abdullah adalah untuk memberi rahmat bagi seluruh alam.  Kata rahmat mengandung makna keberuntungan, keberkahan, kebaikan dan kesejahteraan dalam segala bidang kehidupan baik sosial ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan lain sebagainya. Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada beliau beserta keluarga dan sahabatnya.
Tanggal 12 Rabi’ul Awwal seantero Indonesia hususnya menjadikan hari Libur Nasional guna memperingati kelahiran Sang Nabi junjungan alam Nabi Muhammad SAW atau yang dikenal dengan istilah Maulid Nabi  dalam alqur’an maupun hadits tidak ada anjuran  hari kelahirannya  diperingati. Tetapi, merujuk pada sejarah, di era kekhalifahan juga pernah diadakan peringatan kelahiran Nabi SAW. Peringatan maulid nabi tidak semata merupakan bentuk kegiatan ceremony belaka melainkan juga termasuk inti keimanan kita kepada Allah dan tidak sama dengan perayaan hari ulang tahun kita sebagai ummatnya. Menurut seorang ulama Syeikh Zainuddin al- Milbari menjelaskan kegiatan maulid Nabi SAW merupakan Inti dari pada Iman yang merupakan bukti kecintaan ummat kepada Nabinya kemudian merupakan manifestasi  memuliakan Nabinya.
Di kehidupan masa kini, peringatan nabi dilaksanakan dengan berbagai cara tergantung selera, kemampuan, keinginan masyarakat yang menyelenggarakannya, di kota maupun di kampung-kampung terlihat semarak maulid dengan menggelar pengajian pengajian ataupun sekedar makan-makan nasi kuning yang identik dengan nasi maulidan, momentum bersejarah ini perlu dipertahankan dalam rangka menyegarkan, meningkatkan serta memperbaharui keyakinan, perwujudan rasa cinta  serta mengamalkan ajaran Rasulullah SAW. Seorang Doctor ilmu tafsir al-Qur’an TGH.Dr.M.Zainul Majdi,MA mengatakan bahwa salah satu bukti kita cinta kepada Nabi SAW adalah dengan mencintai sunnah beliau artinya sebagai ummat maka konsekwensinya adalah mengamalkan ajarannya, sunnah-sunnahnya.
Syaikh Dr. Yusuf Al Qardhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”
Allah SWT memilih Nabi Muhammad bin Abdullah untuk mengemban Risalah Islam karena akhlak dan watak Nabi Muhammad SAW yang mulia serta kemanusiaannya yang luhur dan sangat berpengaruh dalam mengorbankan revolusi terbesar dan termulia yang pernah dikenal manusia sejak Allah SWT memerintahkan Adam dan Hawa turun dari Surga hingga saat ini. Dakwah yang diusung Nabi Muhammad SAW adalah revolusi moral. Kelahiran Muhammad SAW ditengah-tengah kebiadaban akhlak jahiliyah bangsa arab saat ini telah membawa cahaya seperti rembulan yang menerangi jiwa-jiwa yang gersang yang tiada mamiliki iman di dadanya. Nabi SAW tumbuh dan berkembang dengan selalu menunjukkan budi pekerti dan akhlak yang sempurna, pola ucap, sikap, dan tindaknya seirama sehingga itulah yang menyebabkan simpati semua kalangan. Ia diutus ke muka bumi sebagai revolosioner akhlak manusia yang saat itu telah melampaui batas dengan kata lain diutus sebagai penyempurna akhlak manusia di muka bumi seperti sabdanya : Innama bu’itstu li utammima makarima al-akhlak : “ Bahwa sesungguhnya aku diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Dan ketika Siti aisyah Istri Rasulullah SAW ditanya oleh para sahabat apakah akhlak Rasululah SAW itu ? Siti Aisyah menjawab “ Kana Khulukuhul Qur’an “ : Bahwa akhlak Rasulullah SAW ialah Al Qur’an.
Ditengah krisis ketokohan dan percontohan pada bangsa saat ini maka sebagai umat islam haruslah menjadikan akhlak Nabi SAW sebagi contoh dan teladan dalam segala aspek kehidupan. Allah SWT menyatakan ‘laqad kana lakum fi rasulillah uswatun hasanah’ ; sesunguhnya pada diri Rasulullah SAW terdapat tauladan yang baik untuk kamu sekalian. (QS. Al-Ahzab,33:21).
Seorang pemikir islam berkebangsaan India, Abu A’la al-Maududi menejelaskan kepribadian Rasulullah SAW : He is the only one personality that all excellences have been blended in him. Artinya Ia (Muhammad) adalah satu-satunya pribadi dimana seluruh keunggulan kualitas terdapat pada dirinya.
Rasulullah adalah sosok manusia yang sempurna (perfect personality) dan tauladan dalam setiap lini kehidupan ; disaat masih kanak-kanak ia telah menujukkan sifat taawun atau sifat membantu pada saat itu beliau sering membantu pamannya menggembala kambing, beliau juga tidak pernah menujukkan prilaku kurang baik seperti menyembah berhala, berjudi, minum minuman keras , dzalim, iri hati jahat dan keji. Beliau terpelihara kesuciannya oleh Allah. Dan sebagai anak yatim yang tinggalkan ayahnya sejak masih dalam kandungan dan ditinggalkan ibunya sejak umur enam tahun beliau tidak pernah putus asa, patah hati maupun merasakan kesedihan yang mendalam, beliau selalu memperlihatkan ketegaran, ketabahan dan semangat yang tinggi.
Disaat beliau di rumah berada ditengah-tengah keluarganya beliau sosok yang bertanggung jawab,mencintai istri/anak dan romantis. Kepada istrinya Siti Aisyah beliau selalu memanggilnya “ Ya Humaira : wahai bunga mawar yang sedang mekar. Anas bin Malik RA (Khadim Rasul)  menceritakan bahwasanya ia tidak pernah mendengar pertengkaran di dalam kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW, beliau adalah kepala keluarga yang baik dan bertanggung jawab , pemimpin yang kharismatik dan berwibawa tidak hanya pada istrinya beliau juga menghargai dan menghormati wanita, ia menganggapnya sebagai tiang Negara ( Al mar’ah imad al Bilad ) dan dianggap sebagai madrasah ( al Umm madrasah idza ‘adadtaha khairan, ‘adadta syu’ban khairan ; Ibu (wanita) itu bagaikan madrasah, jika engkau menyiapkan dengan baik maka berarti telah menyiapkan generasi muda masa depan yang baik). Dengan memberikan perhatian kepada para wanita maka peran penting yang dilaksanakan oleh kaum wanita berjalan dengan baik. Beliaulah satu-satunya yang menujukkan kepeduliannya terhadap wanita dimana pada zaman itu masyarakat jahiliyah tak segan-segan menguburkan hidup-hidup anak perempuannya apabila istrinya melahirkan perempuan karena mereka merasa malu punya keluarga wanita.
Selanjutnya Nabi SAW memperlihatkan akhlak mulianya dalam masalah pertempuran dan diplomasi. Rasulullah tampil langsung sebagai panglima perang yang tangguh, ahli taktik dan strategi dan sebagai diplomat yang handal. Sebagaian besar peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah SAW mencapai kemenangan . sebagai diplomat beliau telah berhasil menyatukan suku-suku bangsa Arab yang saling bertempur hingga menjadi satu kekuatan yang hebat. Ia juga berhasil melakukan perundingan atau membuat Memorandum of Understanding atau nota kesepahaman yang disebut Perjanjian Khudaibah ataupun Piagam Madiah. Meski beliau adalah seorang Nabi dan Kepala pemerintahan beliau selalu menujukkan akhlak yang santun, bersikap tegas dan berhasil melakukan revolusi secara damai. Sedemikian mulia dan keberhasilan Rasulullah SAW maka pantas Michael H. Hart dalam bukunya “The 100” pada tahun 1978 seorang orientalis keturunan Yahudi menempatkan nama beliau menjadi orang pertama dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia. Beliau telah berhasil menyebarkan agama Islam, menjadi penguasa Arabia, mempunyai karir politik dan keagamaan yang luar biasa, namun tetap seimbang dan serasi dan itulah yang menyebabkan beliau mempunyai banyak pengikut setia dan menjadi panutan hingga akhir zaman.
Rasullulah SAW juga merupakan seorang ahli pendidik atau pengajar yang berhasil menempa para sahabat-sahabatnya sehingga mereka banyak menjadi pengahapal al-Qur’an, dan juga menjadi khalifah yang tersebar ke seluruh negeri Arab pada saat itu. Seperti yang disebutkan oleh Ziauddin Alavi bahwa Rasulullah merupakan guru pertama dalam islam, beliau menggunakan masjid Nabawi sebagai tempat mengajarkan Al Qur’an dan masalah-masalah keimanan, ketakwaan, akhlak dan masalah sosial, politik, ekonomi, budaya dan pertahanan. Ajarannya selalu up to date (kekinian) dan sesuai dengan zaman.
Keberhasilan beliau tiada lain disebabkan oleh kepiawaiannya dalam mengajar, mendidik, menyampaikan sehingga para sahabat mudah untuk menerimanya. Beliau juga meski sebagai guru  tidak pernah arrogant atau sombong, selalu menunjukkan kepada sahabat sifat beliau yang arif, bersahaja, bersabat, bijak dan manis bahasanya seperti contoh beliau sering memanggil sahabat dengan panggilan yang menyenangkan hati seperti panggilan kepada Sahabatnya sayyidina Abu Bakar yaitu al-Shiddiq (orang yang jujur), sayyidina umar diberi gelar al-Faruq (pemisah yang benar dan salah), sayyidina Usman diberi gelar Dzun Nurain ( memiliki dua cahaya) dan sayyidina Ali diberi gelar Karramallahu Wajhah (semoga Allah memuliakannya)
Beliau juga seorang ahli ibadah, meski telah menjadi nabi yang ma’shum dari dosa namun beliau setiap hari tidak pernah luput dari ibadah, mendekatkan diri kepada Allah, ia selalu berzikir, shalat malam, meminta ampunan kepada Allah. Sampai Siti Aisyah istrinya bertanya “ Bukankah engkau seorang rasul yang dipelihara oleh Tuhan dan di cintaiNya?”. Beliau menjawab dengan balik bertanya “ Apakah engkau tidak suka jika aku manjadi hamba yang paling bersyukur ?, selain itu beliau setiap hari meminta ampun atau membaca Istigfar tidak kurang seratus kali dalam sehari. Inilah sikap taubat atau menyadari kekurangan, kesalahan sepatutnya dilestarikan.
Disamping itu juga beliau senantiasa memberikan teladan dalam kerukunan dari segi hubungan sosial bermasyarakat. Beliau pernah bersabda dihadapan para sahabatnya yang artinya “ Carilah kemulyaan di hadapan Allah. Lantas para sahabat bertanya : bagaimana caranya wahai Rasulullah ? nabi menjawab : sambunglah hubungan yang sempat terputus, berikanlah hadiah terhadap orang yang belum pernah memberikan sesuatu kepadamu dan bersikaplah ramah terhadap orang yang membodohimu”. Sikap ini jelas memperlihatkan sikap toleransi antar sesama mahluk ciptaan Allah. Karena hal sesungguhnya yang membedakan kita dihadapan Allah adalah takwa.
Keadaan akhlak manusia di akhir zaman ini semakin jauh nari nilai-nilai al-Qur’an dan sunnah Nabi sehingga manusia semakin jauh dengan tuhan serta nabinya dan menjadikan harta sebagai pujaannya. Kenyataan ini disebabkan belum sungguh-sungguhnya kita dalam meneladani Rasulullah SAW dalam setiap sendi kehidupan, marilah kita jadikan beliau sebagai Bintang Idola Pujaan Hati bukan sebaliknya menjadikan bintang-bintang sinetron, pemain bola, artis maupun penyanyi sebagai pujaan hati.
Marilah kita umat islam bangkit dari ketepurukan dan keterbelakangan  lewat momentum bersejarah maulid Nabi Muhammad SAW ummat Islam kembali kepada khittah Islam yang sebenarnya dan introspeksi diri sejauh mana kita telah membuktikan kecintaan kita kepada Sang Idola Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, jika kondisi kehidupan kita ingin berubah, maka yang harus kita lakukan adalah mau dan berani merubah kebiasaan hidup kita ini.
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah segala sesuatu yang ada pada diri mereka sendiri” (QS.23. Ar-Ra’du : 11).
Imam Ibnu ‘Atho’illah dalam kitab Al-Hikam menyatakan :“Bagaimana mungkin keadaanmu akan berubah menjadi luar biasa, sedangkan kamu belum mau merubah kebiasaan-kebiasaan hidupmu”.
Kebiasaan mengabaikan dan menyepelekan uswah hasnah Rasulullah SAW menyebabkan kemunduran derajat hidup. Maka masukkan ruh akhlak beliau dalam kehidupan kita maka Insyaallah kita akan mendapat syafaat beliau kelak. “ Allohumma sholli ala sayyidina Muhammad” . Wallahu a’lam bissawab. (Nuruddin)

Continue reading Retorika