BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah
mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai
pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan,
kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi
menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi
salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa
tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang lain. Wijono (2005)
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan
pembangunan.
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.
Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan modal antar negara menjadi bagian yang penting juga untuk dipelajari. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Vernon, perpindahan modal khususnya untuk investasi langsung, diawali dengan adanya perdagangan internasional (Appleyard, 2004). Ketika terjadi perdagangan internasional yang berupa ekspor dan impor, akan memunculkan kemungkinan untuk memindahkan tempat produksi. Peningkatan ukuran pasar yang semakin besar yang ditandai dengan peningkatan impor suatu jenis barang pada suatu negara, akan memunculkan kemungkinan untuk memproduksi barang tersebut di negara importir. Kemungkinan itu didasarkan dengan melihat perbandingan antara biaya produksi di negara eksportir ditambah dengan biaya transportasi dengan biaya yang muncul jika barang tersebut diproduksi di negara importir. Jika biaya produksi di negara eksportir ditambah biaya transportasi lebih besar dari biaya produksi di negara importir, maka investor akan memindahkan lokasi produksinya di negara importir (Appleyard, 2004).
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai
berikut.
1) Bagaimana pengaruh ekspor impor dalam
perkembangan perekonomian di Indonesia?
2) Faktor apa saja yang menjadi penyebab
menurunnya atau meningkatnya
kspor impor
bagi perekonomian di Indonesia?
3) Kebijakan apa saja yang diupayakan
pemerintah untuk meningkatkan ekspor impor di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui pengaruh ekspor
impor dalam perkembangan
erekonomian di
Indonesia.
2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang
menjadi penyebab menurunnya atau meningkatnya ekspor impor bagi perekonomian di
Indonesia.
3) Untuk mengetahui kebijakan yang
diupayakan pemerintah untuk meningkatkan ekspor impor di Indonesia.
4) untuk memenuhi
syarat tugas akhir untuk mata kuliah “Ekonomi Internasional”.
Studi ini akan mencoba melihat pola
hubungan antara pertumbuhan ekonomi, perdagangan nternasional dan juga
dampaknya terhadap perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia. Pola
hubungan antara ketiganya menjadi penting, mengingat bahwa Indonesia setelah
keterpurukan ekonominya berusaha bangkit untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang optimal. Dengan diketahuinya pola hubungan tersebut maka akan
didapatkan masukan bagi penentuan strategi kebijakan yang akan di ambil untuk
pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Begitu pula kaitannya
dengan pangsa keuangan syariah yang pada saat keadaan krisis ekonomi global ini
menjadi barang yang ‘laku’ dijual.
BAB II
KAJIAN TEORI
KONDISI EKSPOR INDONESIA
Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia
sudah digalakkan sejak tahun 1983.Sejak saat itu,ekspor menjadi perhatian dalam
memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi
industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri
promosi ekspor.Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar
negeri membeli barang domestik,menjadi sesuatu yang sangat lazim.Persaingan
sangat tajam antarberbagai produk.Selain harga,kualitas atau mutu barang
menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63 persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun Sebelumnya.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63 persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun Sebelumnya.
Adapun selama periode ini pula,
ekspor dari 10 golongan barang memberikan kontribusi 58,8 persen terhadap total
ekspor nonmigas. Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan
barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80 persen terhadap total
ekspor nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut
meningkat 27,71 persen terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu,
peranan ekspor nonmigas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008
sebesar 41,20 persen.
Jepang
pun masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai USD11,80 miliar
(12,80 persen), diikuti Amerika Serikat dengan nilai USD10,67 miliar (11,57
persen), dan Singapura dengan nilai USD8, 67 miliar (9,40 persen).
Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor untuk periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya masing-masing meningkat 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen.
Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13 persen, sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31 persen, dan kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46 persen, sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10 persen.
Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami penurunan 2,15 persen atau menjadi USD12,23 miliar bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year mengalami kenaikan sebesar 28,53 persen.
KONDISI IMPOR INDONESIA
Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77 persen dan 75,65 persen menjadi 5,99 persen dan 74,89 persen. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58 persen menjadi 19,12 persen.
Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Indonesia selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan terbesar yaitu 17,99 persen, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15 persen, besi dan baja sebesar 8,80 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98 persen, bahan kimia organik sebesar 5,54 persen, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16 persen, dan barang dari besi dan baja sebesar 3,27 persen.
Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga persen yaitu pupuk sebesar 2,43 persen, serealia sebesar 2,39 persen, dan kapas sebesar 1,98 persen. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70 persen dari total impor nonmigas dan 50,76 persen dari total impor keseluruhan.
Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai impor nonmigas Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar USD1,78 miliar. Angka tersebut mengalami defisit sebesar USD9,3 juta atau 0,52 persen dibanding September 2008.
Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor untuk periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya masing-masing meningkat 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen.
Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13 persen, sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31 persen, dan kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46 persen, sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10 persen.
Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami penurunan 2,15 persen atau menjadi USD12,23 miliar bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year mengalami kenaikan sebesar 28,53 persen.
KONDISI IMPOR INDONESIA
Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77 persen dan 75,65 persen menjadi 5,99 persen dan 74,89 persen. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58 persen menjadi 19,12 persen.
Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Indonesia selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan terbesar yaitu 17,99 persen, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15 persen, besi dan baja sebesar 8,80 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98 persen, bahan kimia organik sebesar 5,54 persen, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16 persen, dan barang dari besi dan baja sebesar 3,27 persen.
Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga persen yaitu pupuk sebesar 2,43 persen, serealia sebesar 2,39 persen, dan kapas sebesar 1,98 persen. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70 persen dari total impor nonmigas dan 50,76 persen dari total impor keseluruhan.
Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai impor nonmigas Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar USD1,78 miliar. Angka tersebut mengalami defisit sebesar USD9,3 juta atau 0,52 persen dibanding September 2008.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
ARTI
PENTING PERDAGANGAN BAGI PEMBANGUNAN
1. Pengertian
Perdagangan Internasional
Perdagangan
internasional adalah kegiatan
tukar menukar atau
perdagangan barang atau
jasa yang dilakukan
antara individu dengan
individu, individu dengan
pemerintah, atau pemerintah dari
suatu negara dengan
pemerintah negara yang
lain di pasar
dunia atau global.
Skema perdagangan internasional dapat digambarkan sebagai berikut.
2. Manfaat
Perdagangan Internasional
a. Sumber Devisa
Jika kita
mengekspor suatu komoditi, kita
mendapat mata uang asing seperti dolar, yen atau mata uang yang lainnya.
Mata uang asing ini disebut devisa.
Devisa dapat digunakan untuk, misalnya, mengimpor barang modal dan
konsumsi.
b. Perluasan Kesempatan
Kerja
Perdagangan internasional, terutama
kegiatan ekspor, memberi
kesempatan untuk memperluas kesempatan kerja karena untuk
menghasilkan barang yang diekspor, dibutuhkan tenaga kerja.
c. Stabilisasi Harga
Jika harga suatu
jenis barang dalam
negeri mahal atau
jumlahnya kurang dan
tidak memenuhi permintaan pasar, maka barang tersebut harus
diimpor. Dengan adanya impor, harga barang jenis tersebut akan stabil dan permintaan pun d
apat terpenuhi.
d. Peningkatan Kualitas
Konsumsi
Melalui perdagangan internasional, penduduk
dapat membeli barang-barang
yang belum dapat dihasilkan di
dalam negeri atau
mutunya belum sebaik
produk luar negeri.
Perdagangan internasional dapat
memacu industri dalam
negeri untuk meningkatkan
kualitas produk yang
dihasilkan agar dapat bersaing di pasar internasional.
e. Percepatan Alih
Teknologi
Untuk menggunakan barang-barang yang diimpor dari luar negeri, dibutuhkan
pengetahuan atau keterampilan tertentu
sehingga perlu pelatihan atau bimbingan. Hal seperti itu akan mempercepat alih teknologi. Alih teknologi
memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih modern.
f. Memperoleh barang yang tidak
dapat diproduksi di negeri sendiri.
Banyak faktor yang
mempengaruhi perbedaan hasil
produksi di setiap
negara, misalnya : kondisi
geografis, iklim, tingkat
penguasaan IPTEK. Dengan
adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang
tidak diproduksi sendiri.
g. Memperoleh keuntungan dari
spesialisasi.
Sebab utama
kegiatan perdagangan luar
negeri adalah untuk
memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu
negara dapat memproduksi suatu barang yang sama
jenisnya dengan yang diproduksi negara lain, tapi ada kalanya lebih baik
apabila negara tersebut mengimpor barang
dari luar negeri.
Dengan mengadakan spesialisasi
dan perdagangan, setiap
negara dapat memperoleh keuntungan sebagai berikut
• Faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap
negara dapat digunakan dengan lebih efisien.
• Setiap negara dapat lebih menikmati lebih
banyak barang dari yang dapat diproduksi di dalam negeri.
h. Memperluas pasar dan menambah
keuntungan.
Dengan adanya perdagangan
internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya tanpa takut kelebihan produksi karena dapat
menjual ke luar negeri.
3.
Faktor
Pendorong Perdagangan Internasional
a. Perbedaan sumber daya alam
Sumber daya
alam yang dimiliki
setiap negara berbeda.
Untuk mendapatkan sumber
daya alam
yang
dibutuhkan dan tidak
dimiliki suatu negara,
diperlukan pertukaran antar
negara yang
menyebabkan terjadinya perdagangan
internasional.
b.
Selera
Penduduk suatu negara lebih menyukai
produk negara lain, sehingga harus mengimpor produk itu.
c.
Penghematan biaya produksi (Efisiensi)
Perdagangan internasional
memungkinkan suatu negara
dapat memasarkan hasil
produksinya pada banyak
negara. Negara tersebut
berproduksi dalam jumlah
besar sehingga dapat menurunkan biaya
produksi. Masalah efisiensi
juga menjadi alasan
tidak diproduksinya barang
berteknologi tinggi oleh negara berkembang.
d.
Perbedaan teknologi
Negara yang
menggunakan teknologi maju
dapat menjual barang
dengan harga murah
pada
negara yang teknologinya
sederhana.
e.
Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri.
f.
Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara.
g.
Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
h.
Keinginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari negara
lain.
i.
Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat
hidup sendiri.
3.2 TEORI-TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
• Keunggulan
Mutlak (Absolute Advantage) dari Adam Smith
Teori keunggulan mutlak dikemukakan oleh Adam Smith
(1776) dalam bukunya The Wealth of Nation. Adam Smith
menganjurkan perdagangan bebas
sebagai kebijakan yang
mampu mendorong
kemakmuran suatu negara.
Dalam perdagangan bebas,
setiap negara dapat
menspesialisasikan diri dalam
produksi komoditas yang memiliki keunggulan mutlak / absolut dan mengimpor
komoditi yang memperoleh kerugian mutlak.
Dengan spesialisasi, masing-masing negara
dapat meningkatkan
pertambahan produksi dunia
yang dapat dimanfaatkan
secara bersama-sama melalui
perdagangan internasional. Jadi
melalui perdagangan internasional yang
berdasarkan keunggulan mutlak,
masing masing negara yang terlibat dalam perdagangan akan memperoleh keuntungan
yang serentak melalui spesialisasi,
bukan dari pengorbanan negara lain. Contoh : Indonesia dan Cina memproduksi dua
jenis
komoditi
yaitu komputer dan
sepatu dengan anggapan
masing-masing negara menggunakan
100 tenaga kerja
untuk memproduksi kedua komoditi tersebut. Limapuluh tenaga
kerja untuk memproduksi
komputer dan 50 tenaga kerja untuk memproduksi sepatu. Hasil total produksi
kedua
negara tersebut yaitu :
• Indonesia
: komputer 15 unit dan sepatu
45
• Cina : komputer 40 dan sepatu 25
• Total : komputer 55 dan sepatu 70
Berdasarkan informasi
di atas, Indonesia
memiliki keunggulan mutlak
dalam produksi sepatu dibandingkan dengan Cina, karena 50
tenaga kerja di Indonesia mampu memproduksi 45 unit sepatu dan Cina hanya bisa
memproduksi 25 unit sepatu. Sedangkan Cina memiliki keunggulan mutlak
dalam memproduksi komputer karena Cina
bisa membuat 40 unit, sedang Indonesia hanya bisa 15 unit. Apabila Indonesia dan Cina melakukan
spesialisasi produksi, hasilnya akan sebagai berikut :
• Indonesia : komputer 0 unit dan sepatu 90
• Cina : komputer 80 dan sepatu 0
• Total : komputer 80 dan sepatu 90
Dengan
melakukan spesialisasi, hasil
produksi semakin meningkat.
Jadi keunggulan mutlak
terjadi apabila suatu
negara dapat menghasilkan
komoditi-komoditi tertentu dengan
lebih efisien, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan
dengan negara lain.
• Keunggulan Komparatif (Comparative
Advantage)
Adam Smith,
yang mengemukakan teori
keunggulan mutlak, menekankan
bahwa perdagangan internasional
terjadi jika ada keunggulan mutlak. Murid Adam Smith, David Ricardo, melengkapi
teori gurunya dengan
mengatakan bahwa perbedaan
keunggulan komparatif juga
dapat memberikan keuntungan. Dua
negara akan tetap
melakukan pertukaran melalui
perdagangan internasional
walaupun salah satu negara memiliki keunggulan mutlak, karena setiap negara
pasti memiliki barang yang paling
menguntungkan (efisien) untuk diproduksi.
Contoh hasil produksi
Indonesia dan Vietnam Dasar tukar dalam
negeri (harga relatif)
NEGARA
|
HASIL/JENIS BARANG
|
|
|
JAGUNG
|
BERAS
|
INDONESIA
|
20
|
40
|
VIETNAM
|
60
|
48
|
JUMLAH
|
80
|
88
|
1
ton jagung = 2 ton beras
(di Indonesia)
1 ton
jagung = 0,8 ton beras
Vietnam memiliki keunggulan mutlak dalam
memproduksi jagung dan beras, dibanding Indonesia. Keuntungan didapat
jika Vietnam memilih
produksi yang paling
unggul, yaitu jagung.
Mengapa memilih jagung
? Karena keunggulan
produksi jagung adalah
3, yaitu 60
: 20. Jika
memilih beras, keunggulan produksinya adalah 1,2 yaitu 48 :
40. Sebaliknya, Indonesia memilih produksi barang yang kekurangannya paling kecil, yaitu produksi
beras. Hal ini karena kekurangan 40 dengan 48 lebih kecil daripada kekurangan jagung, yaitu 2 0 dengan
60Perdagangan dan Pembangunan Ekonomi
Menurut teori perdagangan tradisional, setiap negara yang
terlibat dalam hubungan dagang antarnegara akan terdorong untuk melakukan
spesialisasi produksi dan ekspor komoditi tertentu yang keunggulan
komparatifnya ia miliki, sehingga masing-masing negara akan terfokus pada
bidang keahlian atau keunggulannya, dan pada akhirnya output dunia akan menjadi
lebih besar dan setiap negara yang terlibat akan diuntungkan. Apabila dikaitkan
dengan distribusi kepemilikan faktor produksi dan teknologi yang ada saat ini
antara negara-negara maju dan yang berkembang, maka teori keunggulan komparatif
itu mengisyaratkan bahwa negara-negara berkembang harus terus berspesialisasi
dalam produksi dan ekspor bahan-bahan mentahatau komoditi primer,bahan bakar,
bahan-bahan tambang, dan bahan makanan ke negara maju yang sebagai imbalannya
akan memasok produk-produk manufaktur bagi mereka.
Dalam jangka pendek pola tersebut mungkin bisa
memaksimalkan kesejahteraan bagi semua pihak. Namun dalam jangka panjang,
negara-negara berkembang merasa bahwa pola spesialisasi dalam perdagangan
seperti itu akan membuat mereka berada dibawah pengaruh negara maju dan tidak
memungkinkan mereka memperoleh manfaat-manfaat dinamis dari sektor industri
yang terus dikuasai negara maju, sehingga pada akhirnya mereka tidak akan dapat
memaksimalkan kesejahteraannya.
3.3 DAMPAK
PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAGI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI INDONESIA
Meskipun kontribusinya terhadap ekspor Indonesia tidak
terlalu besar, usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan unit usaha yang paling
banyak menyerap kesempatan kerja dan mempunyai jumlah unit usaha yang terbanyak
pula. Usaha kecil dan menengah juga melayani kebutuhan masyarakat menengah ke
bawah dalam batas-batas tertentu. UKM telah memberikan kontribusinya dalam
menyumbangkan devisa, khususnya dari sektor industrinya. Dalam hal kesempatan
kerja di sektor industri, sekitar 68 % kesempatan kerja yang ada diserap oleh
subsektor industri kecil. Saat ini, jumlah unit usaha UKM mencapai 97 % dari
total unit usaha yang ada.
Dengan adanya perdagangan internasional akan
memberikan dampak positif dan negatif bagi usaha kecil dan menengah (UKM) di
negara yang ikut dalam perdagangan internasional tersebut. Diantara dampak yang
ditimbulkan bagi Indonesia antara lain, sebagai berikut :
1. Dampak
Positif
a. Perkembangan
Penduduk
b. Sebagai
Tantangan Meningkatkan Kualitas Produk
c. Peluang
Menarik Investasi
d.
Meningkatkan volume
perdagangan
2. Dampak
Negatif
A.
Menghancurkan
sektor-sektor Industri
Serbuan
produk asing dapat mengakibatkan kehancuran sektor-sektor ekonomi yang diserbu.
Padahal sebelum tahun 2009 Indonesia telah mengalami proses
deindustrialisasi (penurunan industri) yang dipicu oleh penutupan sentra-sentra
usaha strategis UKM.
B.
Menghambat Daya Saing
Produk
Mudah
masuknya produk-produk asing yang harganya relatif murah, akan
mematikan UKM. Hal itu dapat menghambat daya saing produk-produk UKM karena
masyarakat Indonesia memiliki tingkat perekonomian yang rendah.
C.
Produk luar negeri
membanjiri pasar Indonesia
Produk luar negeri bukan hanya barang-barang
modal melainkan juga barang-barang konsumsi yang harganya super murah.
Masyarakat indonesia lebih cendrung menyukai barang yang harganya murah
walaupun masyarakat mengetahui barang tersebut bukanproduk Indonesia. Bukan berarti mereka tidak mendukung
produk dalam negeri, melainkan tuntutan ekonomi yang menuntut mereka membeli
produk asing yang lebih murah.
D.
Beralihnya posisi produsen
menjadi pedagang
Pasar
dalam negeri yang diserbu produk asing yang memiliki kualitas dan harga yang
sangat bersaing akan mendorong pengusaha dalam negeri berpindah usaha dari
produsen di sektor UKM menjadi pedagang atau importir saja.
3.4 DAMPAK
PERDAGANGAN INTERNASIONAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Indonesia
perlu melihat keadaan ekonomi dalam negeri yang masih banyak perlu dibenahi.
Dalam perekonomian nasional, sering ditemui adanya sektor atau unit usaha yang
masih mengandalkan fasilitas atau perlindungan dari pemerintah untuk dapat
berkembang dan bertahan dalam bidang usahanya. Hal ini kemudian diperburuk
dengan meluasnya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang memunculkan pelaku-pelaku
ekonomi dan menciptakan struktur ekonomi yang berdaya saing rendah. Unit-unit
usaha yang semacam ini sebaiknya tidak dipertahankan karena akan terdesak oleh
unit-unit asing yang masuk ke Indonesia. Usaha-usaha milik anak bangsa akan
kalah bersaing dan menjadi pengusaha-pengusaha yang terlempar dari pasar.
Beberapa
dampak perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia antara lain
sebagai berikut :
1. Dampak Positif
a. Memungkinkan Terjadinya Spesialisasi
Perdagangan internasional mendorong negara-negara
melakukan spesialisasi produksi sehingga Indonesia harus memilih kegiatan
produksi sesuai dengan kekhasan sumber daya yang dimiliki agar dapat menjadi
faktor produksi yang unggul dan menghasilkan produk berkualitas dengan harga yang
murah.
b. Efisiensi dalam Kegiatan Produksi
Efisiensi
dalam kegiatan produksi mengolah sumber daya untuk menghasilkan
suatu barang yang lebih murah dari negara lain. Biaya produksi
yang lebih murah akan menghasilkan produk dengan harga yang bersaing
di pasar internasional. Efisiensi dalam kegiatan produksi dibagi menjadi dua,
yaitu :
1) Efisiensi
Ekonomi
Efisiensi
ekonomi merupakan kegiatan produksi yang menghasilkan barang dan jasa melalui
pengolahan beberapa faktor produksi dengan biaya produksi minimum. Efisiensi
ekonomi lebih ditekankan pada segi ekonomi.
2) Efisiensi
Teknologi
Efisiensi
teknologi merupakan kegiatan produksi yang menghasilkan barang dan jasa karena
kemampuan mengolah kombinasi beragam faktor produksi. Efisiensi teknologi lebih
ditekankan pada segi kombinasi terbaik berbagai faktor produksi.
a. Tantangan Menghasilkan
Produk Berkualitas
Tersebarnya produk buatan luar negeri di pasar Indonesia
sukar dibendung. Keadaan itu menjadi tantangan Indonesia untuk juga dapat
menghasilkan produk yang mutunya lebih baik. Adapun langkah-langkah alternatif
untuk menghasikan produk-produk yang bermutu antara lain:
1) Melakukan
penelitian secara kontinyu terhadap produk yang beredar pada kebutuhan pasar
dunia.
2) Mengembangkan
teknologi secara efisien dan efektif. Artinya, dengan biaya yang telah
diperhitungkan, diterapkan teknologi yang benar-benar diarahkan dengan
pengembangan produk yang semakin berkualitas.
3) Memasarkan produk Indonesia
dalam berbagai moment, seperti pameran Internasional. Sebagai upaya perkenalan
dan informasi keunggulan produk Indonesia.
4) Menghadirkan citra
Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi persaingan sehat dan
profesionalitas.
d. Peluang
Meningkatkan Ekspor
Kemampuan
secara tepat menetukan keunggulan komparatif secara keseriusan menghasilkan
produk berkualitas internasional yang membawa peningkatan jumlah ekspor. Barang
ekspor dari Indonesia pada umumnya dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Ekspor
migas yaitu ekspor barang yang berupa minyak bumi dan gas alam.
2) Ekspor
non migas meliputi komoditas primer dan bukan primer. Komoditas primer
merupakan hasil pertanian dan pertambangan. Sedangkan komoditas bukan primer
merupakan hasil industri.
f. Alih
Teknologi dari Negara-negara Maju
Perdagangan
internasional mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam negeri, terutama dalam bidang industri, dengan munculnya teknologi baru
yang lebih modern dapat membantu dalam memproduksi barang lebih banyak dengan
waktu yang singkat. Indonesia sebagai negara produsen dengan komoditas
pertanian yang besar, Indonesia dapat membeli teknologi-teknologi tinggi sesuai
komoditas yang ada.
g. Meningkatkan
Pendapatan Penduduk
Dengan
adanya perdagangan internasional Indonesia dapat meningkatkan pendapatan
penduduknya dengan cara melakukan ekspor ke negara-negara maju.
h. Memperluas
Pasar dan Menambah Keuntungan
Terkadang,
para pengusaha tidak menjalankan alat produksinya dengan maksimal karena mereka
khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga
produksi mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat
menjalanka mesin-mesinnya (alat produksinya) secara maksimal dan menjual elebihan produk tersebut ke luar negeri yang akan menambah devisa negara.
f. Memperluas
Lapangan Pekerjaan
Dengan
adanya perdagangan internasional dapat memperluas lapangan pekerjaan dan
kesempatan masyarakat untuk bekerja. Karena, dengan semakin bertambahnya produksi
dalam negeri yang di ekspor, maka akan semakin banyak juga tenaga kerja yang di
butuhkan yang kemudian akan membuka lapangan pekerjaan baru.
2. Dampak
Negatif
a. Apabila
negara tidak memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan bersaing negara akan
menjadi sasaran penjualan dan kebanjiran barang dan jasa dari negara lain.
Sehingga impor meningkat dan akan mengurangi cadangan devisa negara.
b. Masuknya
produk barang dan jasa secara bebas di dalam negeri akan mengancam kelangsungan
industri dalam negeri untuk mengurangi produktifitasnya sehingga
kesempatan kerja berkurang. Pendapatan nasional akan menurun dan perekonomian
nasional akan menurun.
c. Masuknya
pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan kepribadian bangsa akan
mengancam generasi muda dan moral bangsa Indonesia.
d. Tingginya
semangat untuk mencapai efisiensi dan profit motif cendrung menurun atau
hilangnya solidaritas sosial dan nasionalisme.
e. Barang-barang
produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang di jual murah
dalam negeri, yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian besar.
f Apabila
tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian Indonesia akan semakin
rendah dan bertambahnya pengangguran dalam negeri.
g Tidak
terjaminnya halal bagi makanan dan minuman yang diimpor. Indonesia merupakan
negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Namun dari makanan dan minuman
yang diimpor tidak terjamin kehalalannya.
Untuk
mengantisipasi adanya dampak negatif perdagangan internasional, maka
perekonomian Indonesia setidaknya harus diupayakan, yaitu:
1) Meningkatkan
profesionalisme sumber daya manusia melalui perbaikan sistem pendidikan
nasional.
2) Meningkatkan
efisiensi pengelolaan sumber-sumber ekonomi.
3) Meningkatkan
IPTEK baik di bidang produksi, informasi, komunikasi, dan transportasi.
4) Ikut
secara aktif dalam forum-forum kerja sama ekonomi dan memanfaatkannya bagi
kepentingan kemajuan bangsa.
5) Melakukan
penyempurnaan lebih lanjut dalam rangka deregulasi dan debirokrasi di segala
bidang secara efektif dan efisien.
Pembangunan
moral bangsa dengan menanamkan solidaritas sosial dan nasionalisme yang kuat di
bidang politik dan ekonomi.
3.5
KEBIJAKAN YANG DIUPAYAKAN PEMERINTAH UNTUK MENINGKATKAN
EKSPOR IMPOR DI INDONESIA.
Beberapa
ekonom menyebutkan bahwa Indonesia mengalami perbaikan ekonomi. Pasar
internasional juga sedang menunjukkan pemulihan dengan kemampuan pasar yang
berpotensi menyerap pasokan produk industri nasional.
Jadi
ada peluang meningkatkan kinerja ekspor bila Indonesia bisa mengoptimalkan
kapasitas produksi dalam negeri karena pulihnya pasar global. Tentu merumuskan
kebijakan ekspor yang menjamah permasalahan semua lini bisnis dalam perdagangan
internasional menjadi penting. Prestasi mengangkat kembali nilai ekspor
tergantung dari kebijaksanaan ekonomi yang ditempuh baik yang berada dalam lini
bisnis vital maupun pendukung. Baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif.
Kebijakan-Kebijakan
perdagangan Internasional yang telah diupayakan oleh pemerintah, iantaranya:
1) Tarif
Tarif
adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif
spesifik (Specific Tariffs) dikenakan sebagai beban tetap atas unit
barang yang diimpor. Misalnya $6 untuk setiap barel minyak). Tarifold Valorem (od
Valorem Tariffs) adalah pajak yang dikenakan berdasarkan persentase
tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor (misalnya, tarif 25 % atas mobil
yang diimpor). Dalam kedua kasus dampak tarif akan meningkatkan biaya pengiriman
barang ke suatu negara.
2) Subsidi ekspor
Subsidi
ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau perseorangan
yang menjual barang ke luar negeri, seperti tarif, subsidi ekspor dapat
berbentuk spesifik (nilai tertentu per unit barang) atau Od Valorem (presentase
dari nilai yang diekspor). Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim
akan mengekspor, pengirim akan mengekspor barang sampai batas dimana selisih
harga domestic dan harga luar negeri sama dengan nilai subsidi. Dampak dari
subsidi ekspor adalah meningkatkan harga dinegara pengekspor sedangkan di
negara pengimpor harganya turun.
3) Pembatasan impor
Pembatasan impor (Import
Quota) merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor.
Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa
kelompok individu atau perusahaan. Misalnya, Amerika Serikat membatasi impor
keju. Hanya perusahaan-perusahaan dagang tertentu yang diizinkan mengimpor
keju, masing-masing yang diberikan jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu
setiap tahun, tak boleh melebihi jumlah maksimal yang telah ditetapkan.
Besarnya kuota untuk setiap perusahaan didasarkan pada jumlah keju yang
diimpor tahun-tahun sebelumnya.
4) Pengekangan ekspor sukarela
4) Pengekangan ekspor sukarela
Bentuk
lain dari pembatasan impor adalah pengekangan sukarela (Voluntary Export
Restraint), yang juga dikenal dengan kesepakatan pengendalian sukarela (Voluntary
Restraint Agreement = ERA).
VER adalah suatu
pembatasan kuota atas perdagangan yang dikenakan oleh pihak negara pengekspor
dan bukan pengimpor. Contoh yang paling dikenal adalah pembatasan atas ekspor
mobil ke Amerika Serikat yang dilaksanakan oleh Jepang sejak 1981.
5) Persyaratan kandungan lokal.
5) Persyaratan kandungan lokal.
Persyaratan
kandungan local (local content requirement) merupakan pengaturan yang
mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari unit-unit fisik, seperti kuota
impor minyak AS ditahun 1960-an. Dalam kasus lain, persyaratan ditetapkan dalam
nilai, yang mensyaratkan pangsa minimum tertentu dalam harga barang berawal
dari nilali tambah domestik.
Berikut ini adalah data ekspor
indonesia selama tahun 2013, yang disajikan dalam bulan
Tahun
|
Ekspor
|
||||||
Total
|
Oil and Gas
|
Non Oil and Gas
|
Sektor
|
||||
Agriculture
|
Industry
|
Mining
|
Others
|
||||
2013
|
|||||||
Desember
|
16.983,60
|
3.405,10
|
13.578,50
|
463,96
|
10.004,25
|
3.094,40
|
4,00
|
November
|
15.938,60
|
2.766,85
|
13.171,72
|
510,82
|
9.811,59
|
2.845,32
|
3,99
|
Oktober
|
15.698,30
|
2.715,22
|
12.983,10
|
582,59
|
9.903,03
|
2.496,61
|
0,88
|
September
|
14.706,80
|
2.414,68
|
12.292,10
|
591,63
|
9.394,99
|
2.304,75
|
0,73
|
Agustus
|
13.083,70
|
2.720,52
|
10.363,18
|
425,68
|
7.642,38
|
2.294,54
|
0,58
|
Juli
|
15.087,90
|
2.282,58
|
12.805,28
|
553,02
|
9.717,78
|
2.532,16
|
2,33
|
Juni
|
14.758,80
|
2.800,40
|
11.958,40
|
437,90
|
9.263,15
|
2.256,80
|
0,50
|
Mei
|
16.133,40
|
2.926,30
|
13.207,10
|
485,30
|
9.877,30
|
2.843,20
|
1,30
|
April
|
14.760,90
|
2.452,00
|
12.308,90
|
445,30
|
9.145,50
|
2.717,40
|
0,70
|
Maret
|
15.024,60
|
2.928,30
|
12.096,30
|
423,60
|
8.987,60
|
2.648,50
|
0,60
|
Februari
|
15.015,60
|
2.567,60
|
12.448,10
|
388,30
|
9.533,30
|
2.524,00
|
2,50
|
Januari
|
15.375,50
|
2.653,70
|
12.721,80
|
404,80
|
9.748,90
|
2.567,10
|
1,00
|
Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2013 ekspor indonesia rata-rata tiap bulannya
mengalami kenaikan yang juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi indonesia.
Kenaikan yang signifikan terlihat pada bulan Mei dan
setelah itu turun kembali sampai pada bulan Agustus dan setelah bulan agustus
sampai selanjutnya mengalami kenaikan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
·
Ekspor impor adalah
suatu transaksi menjual dan membeli barang yang dilakukan oleh dua atau lebih
negara untuk mendapatkan barang-barang yang diperlukan di negara yang
bersangkutan.
·
Perkembangan ekspor
impor merupakan faktor penentu dalam menentukan roda perekonomiandi Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia
sebagai negara yang sangat kaya raya dengan hasil bumi dan migas, selalu aktif
terlibat dalam perdagangan internasional.
·
Nilai ekspor memang
menunjukkan peningkatan namun tidak dibarengi dengan kenaikan produksi, sebab
tidak mengangkat volume ekspor yang cukup signifikan. Konsekuensinya, naik
turunnya nilai ekspor sangat tergantung pada fluktuasi harga komoditas di pasar
dunia. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya
saing suatu produk. Berbagai masalah yang muncul dapat mempengaruhi
perkembangan ekspor impor yang ada. Namun dengan adanya faktor-faktor
pendorong, kegiatan ekspor impor akan tetap berjalan dengan memperkecil
masalah-masalah yang nantinya dihadapi.
·
Dengan adanya
kebijakan-kebijakan yang diupayakan pemerintah dalam kegiatan ekspor impor di
Indonesia maka seiring waktu, ekspor impor akan semakin menuju target dari
tujuan-tujuan negara Indonesia.
4.2
SARAN
1) Bagi pemerintah
Kebijakan yang
menyinergikan ekspor dan impor perlu dikembangkan untuk memberikan pertumbuhan
yang berkualitas, karena impor lebih didominasi produk hulu dan ekspor didominasi
produk hilir. Sambil terus berupaya mengurangi ketergantungan bahan baku dan
memberdayakan sumber daya alam Indonesia, yang akan menciptakan kemandirian
bangsa ditengah persaingan perdagangan yang semakin ketat.
2) Bagi masyarakat
Banyak faktor-faktor
yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor
tersebut diantaranya: kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan
lain-lain. Dalam era perdagangan global sekarang ini, arus barang masuk dan keluar
sangatlah cepat.Untuk memperlancar urusan bisnisnya, para pengusaha seharusnya
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai prosedur ekspor impor, baik dari segi
peraturan yang selalu diperbarui terutama yang berhubungan dengan perdagangan
internasional, kepabeanan, maupun perbankan, yang semuanya ini saling berkaitan
dan selama ini sering terjadi permasalahan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Salvator,
dominick. 2004. Ekonomi Internasional. Jakarta : Elrlangga.
Mankiw,
N. Gregory, 2003, Teori Makroekonomi Edisi ke-5, Terjemahan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ahmeth,
Adie. 2010. Makalah Dampak Globalisasi Terhadap Terekonomian.
(Online), (http://om Adie ahmeth.blogspot.com,
diakses pada tanggal 15 April 2011).
Amir.
2001. Korespodensi Bisnis Ekspor Impor, Jakarta: PPM.
Djauhari
Ahsar, Amirullah. 2002. Teori dan Praktek Ekspor Impor, Yogja:
Graha Ilmu.
Fernando, Youbil. 2010. Ekspor Impor Indonesia. (Online), ( http://www.makalah ekspor-impor-indonesia.html,
diakses pada tanggal 18 April 2011).
diktat
ekonomi kelas XI IPS. Jurnal perekonomian terbuka.
http://dwianggietha.blogspot.co.id/2014/11/makalah-perdagangan-internasional-dan.html
0 comments:
Post a Comment